Template by:
Free Blog Templates

Followers

Sabtu, 09 Januari 2010

Teen Heroes (sebuah cerita dari saya sengaja dipotong di tempat yang nanggung) p.5

........Kebetulan aku membawa beberapa game dari rumah. Jarum jam menunjukkan pukul 1 tepat, siang hari ini terasa panas dan panjang sekali. Setelah salat dzuhur, aku langsung menginstall beberapa game yang kubawa. Lama-kelamaan aku mulai menjadi sangat bosan dan mengantuk, padahal baru 1 jam aku menatap layar terpaku bermain game. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar melihat-lihat isi pulau ini. Seperti biasa aku terus mengalungkan Headphone yang hampir tak pernah lepas dariku. Dengan skateboard, aku melaju dengan cepat kearah gedung SMP. Bukannya aku mau ke gedung SMP, tapi aku penasaran kenapa aku jalan kearah gedung SMP tadi. Setelah beberapa saat aku melaju, aku menemukan sebuah gedung tua yang kelihatan sangat bobrok dan kotor. Gerbang gedung itu terbuat dari besi yang sudah berkarat, dihiasi beberapa pahatan kayu berbentuk tengkorak, huruf ‘V’, pistol, kelelawar, tanda tambah, huruf ‘X’, kartu, petir, ketapel, dan yang terakhir adalah Singa. Gerbang itu membuatku semakin penasaran dan menyadari, mungkin aku memang ditakdirkan untuk datang ke sini. Tapi tiba-tiba rasa penasaranku mulai hilang. Aku mulai berpikir mungkin bukan sekarang saatnya aku masuk ke gedung tua ini. Semakin bingung aku berpikir semakin ingin rasanya aku pergi dari tempat itu.

Aku melanjutkan perjalanan ke arah plaza. Dengan menaiki skateboard jalan ke plaza hanya memakan waktu 10 menit. Isi Plaza ini sangat lengkap. Mulai dari tempat makan, game, alat elektronik, dan masih banyak lagi. Anehnya tempat ini sangat luas padahal namanya ‘Only a Little Plaza’, apa maksudnya? Karena aku hanya membawa sedikit uang, jadi aku hanya membeli es krim untuk menghilangkan rasa haus yang daritadi menyerang leherku. Lalu aku hanya melihat-lihat isi plaza. Ditengah-tengah melihat-lihat aku bertemu Hikari yang masih memakai seragam dan membawa-bawa tasnya bermain bersama teman-temannya di arcade center. Aku menghampirinya. “Oy Hikari, pulang sekolah bukannya istirahat malah main, gimana sih.” Hikari tetap saja main tanpa menoleh sedikitpun, hanya teman-temannya yang melihatku. Aku mendekatinya dan menepuk pundaknya. “Lagi seru-serunya nih, jangan ganggu.” Wajahku berubah kesal, dengan mata disipitkan aku diam dibelakangnya. “Ehm…” aku pura-pura batuk. “Apaan sih!!” Kata Hikari dengan suara kesal, dia langsung menoleh kebelakang. “Aku batuk….” Jawabku tenang. Wajah Hikari berubah menjadi wajah sedikit takut. “O iya ngapain kamu main game belum ganti seragam begini? Perlu dipanggilin Kak Makoto?” “Jangan dong, kan aku bosen di kamar terus. Jadi aku main aja dulu disini, hehe.” Jawaabnya engan wajah yang sok nggak bersalah. “Ada syaratnya dong.” Lanjutku dengan muka licik. “Aduuh, ada syaratnya?!” Sambar Hikari dengan muka panik. “Ya ada dong, beliin es krim.” Lanjutku dengan muka yang bertambah licik. “Yaudah, nih.” Hikari menyodorkan uang seharga es krim yang baru saja kubeli. “Siip deh, lanjutin sana mainnya.” Dengan muka senang aku berjalan menjauhi mereka. Lalu aku membeli es krim lagi dan pulang

Jumat, 01 Januari 2010

Teen Heroes (sebuah cerita dari saya sengaja dipotong di tempat yang nanggung) p.4

Ditengah perjalanan, kuambil headphoneku yang tersimpan di dalam tas. Langsung kusambungkan ke MP3 player dan kutempelkan ke kupingku. Awalnya aku mendengar lagu-lagu kesukaanku, tapi perlahan-lahan suaranya makin pecah dan melengking. Makin lama kudengarkan makin pusing kepalaku. Akhirnya kulepas headphone-ku dan kuganti menjadi mode loudspeaker. “Suara apa sih ini? Bikin pusing.” Sambar Wolvie. “Makin lama kau makin aneh aja kazuki, bengong lah, dengerin lagu aneh lah.” Lanjut kakakku. “Aku juga gak tau, tiba-tiba MP3 playerku gak bisa dimatikan dan suaranya jadi aneh begini.”Jawabku. Makin lama suara melengking itu mulai menghilang dan berubah menjadi suara televisi rusak “Zrshshshshshshshsh……” Kita semua jadi semakin penasaran dan berhenti sejenak untuk mendengarkan suara yang makin lama makin mencurigakan itu. Lama-kelamaan suara itu berubah. Terdengar suara “We will come and destroy the earth…..we will come and destroy the earth…..we will come and destroy the earth….” Terus saja terulang-ulang, dan akhirnya suara itu makin mengecil dan kembali ke lagu yang kudengarkan tadi.”MP3 playermu harus dibawa ke tukang servis tuh, udah rusak gitu masih dipake.” Lanjut Wolvie. “Tidak, kupikir itu adalah pertanda dari makhluk lain yang entah ada dimana.” Jelas Ryuu. “Maksudmu?” Tanyaku. “Dengan teknologi sekarang manusia sudah bisa menyadap telepon. Mungkin dengan teknologi yang lebih maju makhluk dari suatu tempat itu dapat mengirimkan gelombang yang membuat mereka dapat mengirimkan pesan pada kita, dan kita tak dapat menolaknya dengan teknologi saat ini. Jadi, tetap saja kita harus berhati-hati setelah mendengarkan pesan peringatan itu.” Ryuu menerangkan. Syifa dan Nina hanya diam mendengarkan. “Tapi itu masih mungkin. Lagipula mana ada makhluk lain yang hidup entah dimana itu.” Kata Ryuu lagi untuk menghidupkan suasana. Dengan pikiran yang masih bingung kami kembali melanjutkan perjalanan.


Sesampainya di asrama, aku langsung merebahkan badanku ke kasur putih bersih yang nyaman saking capeknya. Karena bosan aku menyalakan PC yang ada di kamarku ini. Kebetulan aku membawa beberapa game dari rumah. Jarum jam menunjukkan pukul 1 tepat, siang hari ini terasa panas dan panjang sekali..............