Template by:
Free Blog Templates

Followers

Jumat, 02 Juli 2010

Teen Heroes (sebuah cerita dari saya sengaja dipotong di tempat yang nanggung) p.11

Setelah berjalan beberapa saat, kita sampai di asrama. Di dalam kamar aku hanya berbaring melihat kearah langit-langit yang selalu saja berwarna putih bersih. Semakin lama semakin jenuh aku di dalam kamar. Jadi aku memutuskan untuk berkeliling gedung asrama. Aku naik lift ke atap gedung asrama laki-laki. Beberapa saat aku di dalam lift pintu lift terbuka dan angin sepoi-sepoi langsung menerpa wajahku. Aku melihat langit luas yang sangat bersih dan cerah. Aku memutuskan untuk berbaring di sana sambil mendengarkan musik dari headphone kesayanganku. Aku berbaring sambil melihat langit yang sangat membuatku larut dalam ketenangan dan kedamaian. Tak lama aku berbaring aku tertidur. Saat aku bangun langit sudah menjadi berwarna biru gelap dan dihiasi bintang-bintang. Langit saat itu sangat bersih tanpa awan sedikitpun. Setelah memperbaiki posisi aku berbaring lagi sambil memandangi langit. ‘Ding’ suara tanda pintu lift tebuka berbunyi. Aku langsung menengok ke arah lift tapi tak ada siapapun muncul dari lift gedung asrama laki-laki. Ternyata lift yang berbunyi adalah lift asrama perempuan. Memang, atap gedung asrama laki-laki dan perempuan bersambung jadi siapapun bisa bertemu di atap gedung asrama. Setelah kuperhatikan ternyata yang muncul dari lift adalah Syifa. “Ternyata kamu suka melihat bintang juga ya?” kata Syifa sambil berjalan kearah ku. “Langitnya memang bagus mau dilihat bagaimanapun juga langit penuh bintang memang bagus.” Jawabku sambil berbaring lagi. “Kalau begitu lebih baik kamu tunggu beberapa saat lagi.” “Hah? Apa maksudmu?” “Liat aja, sekitar 10 detik lagi.” Aku makin bingung mendengar kata-katanya. “Lima, empat, tiga, dua, satu… mulai.” Lanjut syifa. Tiba-tiba sebuah cahaya kecil melesat kebawah dari antara bintang-bintang yang bersinar terang, lalu diikuti beberapa cahaya lainnya. “Hujan meteor ya?” tanyaku. “Iya, hari selasa ke-2 setiap 2 minggu jam 7 malam tepat, hujan meteor pasti terjadi. Aku mengamatinya sejak SMP disini.” Katanya lalu duduk di sampingku. “Ooh..” Suasana saat itu benar-benar menghanyutkan, melihat indahnya langit malam yang dihiasi bintang-bintang dengan tambahan hujan meteor yang sangat menakjubkan benar-benar membuatku makin menyukai tempat ini. “Ting...” Pintu lift bernyanyi lagi tanda seseorang akan muncul. “Loh, telat ya? Padahal udah lari-lari kesini.” Ternyata Wolvie yang muncul. “Wolv, kau mengganggu seseorang,” Ryuu juga ada dibelakangnya. “Eh?” Wolvie tidak menyadari kalau sejak Wolvie muncul Syifa menatapnya dengan tatapan sinis karena mengganggu ketenangan. Beberapa detik kemudian Wolvie baru sadar. “Sudahlah, meteor gak harus diliat sambil tenang-tenang kok.” Syifa tetap saja diam dengan tatapan sinisnya. “O iya aku bawa minuman!” Lanjut Wolvie mencegah hancurnya suasana disitu sambil mengeluarkan 4 kotak susu dari vending machine di lantai dasar. “Kok tau harus bawa 4?” Tanyaku. “Barusan aku di SMS Syifa kalo kamu juga ada disini.” Jawab Ryuu. “Hahaha, berterimakasihlah padaku karena sudah menraktir kalian!” Teriak Wolvie. Karena teriakannya itu, sekarang yang memasang tatapan sinis padanya bukan hanya Syifa, tapi aku dan Ryuu juga ikut-ikutan. Wolvie memukul dahinya lalu langsung membagikan susu-susu kotak itu lalu duduk disebelahku, lalu diikuti Ryuu. Tak terasa jam menunjukkan pukul 9 tepat, hujan meteor itu juga sudah selesai. “Baiklah, aku pergi duluan ya…” Kata Syifa lalu kembali ke asramanya. Aku,Wolvie dan Ryuu juga langsung kembali ke kamar masing-masing dan tertidur pulas.